Aku memegang pipiku yang kemerahan. Matanya merah dan
tangannya masih saja melayang di udara.
“Dasar wanita murahan!”, umpatnya. “Beraninya kamu
mengkhianati aku!!”
Dia mencekik leherku. Nafasku hampir terhenti. “Bu…nuh… sa…ja…
a…ku…”
Dia melepaskan tangannya dari leherku. Lalu, terduduk lesu
di ujung ruangan.
“Pergi! Pergi dari rumah ini dan jangan kembali lagi! Aku
nggak mau melihat wajahmu atau wajah bayi yang ada dalam perutmu itu!!”
Aku tertatih-tatih beranjak dan mengemasi barangku. Airmataku
menetes deras.
“Maafkan aku…”, ujarku lirih sebelum menutup pintu rumah itu lalu pergi meninggalkannya.
Maafkan aku. Seandainya saja aku dapat mendua. Seandainya
saja… Namun, aku tidak bisa...
Hati ini hanya miliknya. Hanya miliknya. Aku
berlari menghampiri ayah dari bayi ini.
-ultrautogia-
#FF2in1
Woogh... Jadi setianya bukan sama suaminya? :D
ReplyDeletemenarik.. :D
dan tidak juga setia pada suami anda. hehehe... :p
ReplyDelete