Sore itu dia mengajakku bermain lagi.
“Ayo! Ayo sini!” panggilnya. “Ayo cepat!”
Aku berlari mengejarnya. “Tunggu!”
Dia berlari menyeberangi jalanan yang sangat ramai.
“Dinda! Awas!!”, teriakanku terhalangi oleh suara tabrakan
yang keras. Aku melihat Dinda tergeletak bersimbah darah di tengah jalan.
Aku terbangun dari tidurku. Nafasku tersengal-sengal.
“Ayo! Ayo sini!” Dinda melambaikan tangannya kepadaku. “Ayo
kita bermain!” Tubuhnya yang penuh darah melayang-layang di hadapanku.
Dinda, teman bermainku, sudah meninggal 10 tahun yang lalu.
-ultrautogia-
No comments:
Post a Comment