Aku berdiri memaku di depan kamarnya.
Tok. Tok. Tok.
“Jangan masuk!!”, teriaknya.
Aku mendengar isak tangisnya. Aku hanya ingin tahu ada apa.
Aku ingin memeluknya. Aku ingin menghapus airmatanya. Aku ingin selalu
menemaninya apapun yang terjadi.
Aku membuka pintu kamarnya. Aku melihatnya menangis
sesenggukan di dalam selimut.
“Kamu kenapa? Ada masalah?”
“Udah dibilang jangan masuk ya jangan masuk!!”, teriaknya
dari dalam selimut.
Aku memegang selimutnya.
“Jangan pegang-pegang!!”
“Sayang, kamu kenapa?”
Tangisnya semakin kencang. Aku tidak tahu apa yang harus aku
lakukan. Aku hanya bisa menangis.
Sejenak kemudian dia membuka selimutnya lalu memelukku.
“Maafkan aku, ma. Maaf.” Dia terus menangis dalam pelukku.
“Ada apa?”
Dia terus menangis dan menangis lalu dengan suara sangat
lirih dia berbisik padaku “Aku hamil ma…”
Airmataku menetes. Badanku bergetar kencang. Aku memeluknya kencang. Kami menangis. Sangat
lama.
Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku tidak tahu harus
berbuat apa. Aku hanya ingin melindunginya.
Jika hal itu membuatnya tenang,
jika hal itu membuatnya berhenti menangis, aku akan terus melindunginya. Meskipun mulai saat ini bebanku mungkin akan bertambah berat. Tapi, aku
akan terus menemaninya. Apapun akan aku lakukan. Aku akan terus bersamanya.
Sampai kapanpun.
-ultrautogia-
#FF2in1
No comments:
Post a Comment