Aku sungguh merasa aneh. Tidak biasanya aku ingin terus dan
terus bersamanya. Setiap kali aku memutuskan atau diputuskan oleh mantanku,
maka mantanku hanya akan berakhir menjadi pajangan yang indah di kamarku. Tapi,
kali ini tidak. Aku tidak ingin menjadikan dia mantanku ataupun pajanganku.
Meski seringkali dia sudah meminta putus, aku selalu saja menolaknya.
Aku membelai rambutnya, menyentuh pipinya, mengecup
bibirnya, mencium wangi tubuhnya, dan memeluk tubuhnya.
“Lepaskan aku! Tolong! Lepaskan aku! Tolong!!”, dia
berteriak-teriak kencang.
“Sssttt!” Aku menaruh telunjuk di bibirku. “Diam dong
sayang, nggak ada yang bisa denger teriakanmu di sini.”
Dia meronta. “Tolong !! Lepas !! Lepaskan aku !!”
“Diam!!!” Aku mengambil pistol dan menembak kepalanya.
Dia terdiam. Darah mengalir dari kepalanya. Aku menangis.
Aku mengangkat tubuhnya kemudian berjalan lemah ke lemari
kaca yang ada di dalam kamarku. Aku memasukkan jasadnya ke dalam lemari yang
penuh sesak dengan jasad-jasad mantanku yang lain.
Aku sedih. Airmataku terus menetes. Bagaimanapun juga dia adalah mantan
terindahku.
-ultrautogia-
#FF2in1
No comments:
Post a Comment