Aku terdiam. Tubuhku seperti melayang. Tidak. Aku tidak
melayang. Aku hanya merebahkan tubuhku di atas kasur. Pikiranku yang melayang.
Ke sana. Ke sini. Aku tidak tahu kemana ujungnya pikiranku ini. Namun, lagi dan
lagi semua berakhir padanya.
Handphoneku berdering.
“Halo,” jawabku lesu.
“Aku udah di rumahmu nih, ayo berangkat.” Kata suara di
seberang.
Aku mematikan handphone lalu bergegas menghampiri temanku. Kami
menuju suatu tempat. Aku hanya diam di sepanjang perjalanan. Temanku juga diam.
“Erika!” Temanku yang lain langsung menyambutku saat aku
sampai di tempat itu.
Aku tersenyum datar kemudian berjalan memasuki ruangan yang
sudah penuh sesak dengan orang-orang.
“Kamu nggak perlu dateng sih sebenernya kalo kamu…” bisik
temanku.
“Nggak apa-apa…” Aku masih tersenyum datar.
Aku berjalan mendekatinya. Dia terlihat tampan dalam setelan
jas hitam dan kemeja putih.
Aku menggapai tangannya dan menyelipkan sebuah memo ke dalam
telapak tangannya lalu berjalan menjauhinya.
“Baiklah, sekarang mari kita mulai upacara pemakaman saudara
Andreas.”, kata Pak Pendeta sesaat kemudian.
Aku berjalan menjauhi ruangan upacara pemakaman. Pesan terakhirku
sudah dalam genggamannya, itu sudah cukup, meski aku terlambat memberikannya.
Kaulah yang ada di
hatiku.
-ultrautogia-
#FF2in1
#FF2in1
No comments:
Post a Comment