Friday, February 25, 2011

Perang Dingin


Malam itu, malam yang sangat larut di kota konyol, sebuah kota yang dihuni oleh penduduk yang sebagian besar konyol dan sisanya bodoh. Malam dingin saat itu, kota konyol masih saja ramai dengan kekonyolan dan kebodohan para penduduknya. Hari itu adalah peringatan ulang tahun kota konyol, yang kesekian konyol tahun.

♥♥♥♥

Shila memandang Sally, geram. Tubuhnya yang sudah capek, moodnya yang sudah jelek, dan matanya yang sudah terasa pedih menambah amarah yang membuncah di hatinya.

Shila duduk merenung di pinggir danau konyol. Dia merasa sangat sendiri saat di sekitarnya banyak sekali orang yang berpesta dan bersenang-senang. Kejadian ini sangat membuatnya kesal.
“Kenapa jaket abu-abu Offy dipake Sally? Kenapa bukan aku yang make jaketnya?”
Shila masih terus memandangi Offy dan Sally yang duduk bersebelahan di seberang danau. Mereka berdua tampak sangat akrab dan bahagia. Senyum dan tawa tak lepas dari wajah mereka. Sedih. Sakit. Perih. Pedih. Hanya itu yang terus-menerus menghujam hatinya. Seorang sahabat yang kejam dan tega. Hanya itu yang terlintas di pikiran Shila. Lampu-lampu yang berkelap-kelip di sekitar danau konyol dan bintang-bintang yang berkedip-kedip di atas langit kota konyol tak juga bisa menerangi sisi hatinya yang mulai gelap.

“Nih…” tiba-tiba saja seseorang menyodorkan sebuah kembang api padanya. “ayo, maen kembang api! Daripada bengong di sini kaya orang konyol dan bodoh.”
“Hah? Kita khan emang hidup di kota konyol ! Dasar Bodoh !”, jawab Shila pada Fygo, cowok yang menyodorkan kembang api padanya.
Akhirnya, Shila dan Fygo berlari mengelilingi danau konyol sambil bermain kembang api. Shila mencoba melupakan kejadian tadi. Dia mengerahkan seluruh tenaganya untuk mengembalikan moodnya dan semangatnya. Tersenyum dan tertawa lagi.

♥♥♥♥

Di sisi lain danau konyol. Sally pun memandangi Shila dengan geram. Sally benci senyum dan tawa Shila malam itu. Sally benci teriakan bahagia Shila malam itu. Hatinya serasa diiris-iris. Dicabik-cabik oleh sahabatnya. Sedih. Sakit. Perih. Pedih.
“Kenapa Shila yang main kembang api sama Fygo? Kenapa bukan aku yang maen kembang api sama Fygo?”
Matanya menerawang jauh ke tempat Shila dan Fygo berlari-lari dan bermain kembang api.
“Arrrghhhh!!!!”, teriaknya.
“Kamu kenapa Sal?”, Tanya Offy kaget.
“Nggak pa-pa. Cuma terlalu berisik aja di sini.”, kata Sally. “Aku mau pulang aja.”
“Kok pulang? Di sini aja!”
Sally beranjak meninggalkan danau konyol. Berjalan cepat tanpa mempedulikan kekonyolan di kota konyol.

♥♥♥♥

Matahari yang hangat menyambut penduduk kota konyol. Namun, sebagian besar dari mereka masih terlelap karena kekonyolan mereka pada pesta perayaan ulang tahun kota konyol semalam.

Shila berjalan menaiki bukit. Menuju ke sebuah pohon paling besar dan paling rindang di puncak bukit tersebut. Dia mulai membuka bukunya. Menulis lagi segala sesuatu yang ingin dia tulis. Udara pagi itu benar-benar menyegarkan pikirannya. Walaupun, semalam dia masih merasa sakit, sampai-sampai tidak bisa tidur nyenyak. Beruntung dia masih bisa tertawa karena bermain kembang api dengan Fygo.

Sally membawa alat-alat melukisnya. Dia berjalan menaiki bukit. Menuju ke pohon paling besar dan paling rindang di puncak bukit. Tanpa menyadari bahwa Shila berada di sisi lain dari pohon itu, Sally mulai melukis peristiwa malam dingin itu, malam dimana hatinya sangat sakit dan terluka. Beruntung, semalam udara dingin tidak menusuk tubuhnya karena jaket abu-abu Offy sudah menghangatkan tubuhnya.



“Huuuuffffftttt…” Shila dan Sally menghela nafas mereka.
Mereka tersadar. Mereka tidak sendirian.
“Sally?”
”Shila?”
“Ngapain kamu di sini?”, Tanya Sally sinis sambil berdiri di tempatnya duduk tadi.
“Kamu yang ngapain di sini?”, Tanya Shila lebih sinis juga sambil berdiri di tempatnya duduk tadi.
“aku lagi nglukis!”
“Aku lagi nulis!”
“Ya udah!”, ujar Sally emosi.
“Ya udah!”, Shila juga emosi.
Mereka duduk lagi dan sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.
Terdiam dan tenang cukup lama.

“Semalem kamu kemana? Aku nyariin kamu kemana-mana?!!”, Shila membuka percakapan dengan nada sinis.
“Harusnya aku yang tanya, kamu itu yang kemana?!?”, jawab Sally nggak kalah sinis.
“Kenapa kamu jadi sinis gitu sich?”, tanya Shila
”Kamu juga!”
Mereka terdiam lagi.

“Aku kesel sama kamu Sall…!!! Semalem kamu malah duduk berduaan sama Offy, ketawa-ketawa, make jaketnya Offy pula!”, ujar Shila emosi. “Kamu khan tau aku suka sama Offy, tapi kamu malah kaya gitu!!!”
Sally menjawab pernyataan Shila dengan kesal. “Aku juga kesel sama kamu! Keselll banget sama kamu!!! Sakit hati tau nggak ngliat kamu maen kembang sambil lari-larian sama Fygo!!! Kamu juga tau aku suka Fygo! Tapi, kenapa kamu malah gitu?”

Mereka terdiam lagi. Berpikir. Mencoba menyadari sesuatu.

“Hmm… Shil… kamu salah paham. Semalem, aku nungguin kamu di pinggir danau. Nggak taunya, ketemu Offy. Trus, aku bilang sama Offy kalo aku kedinginan, tau-tau dia minjemin jaketnya. Lagian, salah kamu juga sich… datengnya lama banget ! Ya udah aku duduk, ngobrol-ngobrol sama Offy ! Eh, udah aku nunggunya lama, kedinginan pula, kamu malah enak-enakan maen kembang api sama Fygo!!!”

Shila dan Sally saling mendekat. Mereka duduk bersebelahan.

“Hhh… ternyata gitu? Masalah kembang api itu… kamu juga salah paham!”, Shila memanyunkan bibirnya. “Semalem, waktu aku sampe di danau, aku nyariin kamu… tapi, aku malah liat kamu duduk berduaan sama Offy, trus jaketnya Offy kamu pake juga. Aku jadi males ke tempatmu. Ya udah, aku duduk di seberangmu. Kamu pasti nggak liat aku! Waktu aku lagi duduk sendirian, tau-tau si Fygo dateng ngajak aku maen kembang api. Yah… daripada aku sakit hati ngliatin kalian berdua… mending aku maen kembang api!!!”
Mereka terdiam lagi. Mengatur perasaan mereka masing-masing. Mencoba mengerti sesuatu.

Mata mereka bertemu. Lalu, tertawa terbahak-terbahak. Tergelak.
“Jadi kita perang dingin kaya gini cuma gara-gara salah paham?”, kata Shila di sela-sela tawanya.
“Kita emang konyol dan bodoh!”, timpal Sally. “Koq bisa jadi gini sich?”
“Hahahahahaha!!!” tawa berderai dari kedua penduduk kota konyol tersebut.
“trus, kamu nulis tentang apa itu?”
“tentang kejadian semalem, waktu aku liat kamu berduaan sama Offy. Mmm… Kalo kamu nglukis apaan?”
“aku nglukis kamu sama Fygo waktu maen kembang api.”
“bwakakakakakakakakak!!!!” mereka terbahak dan tergelak lagi.
“Dasar konyol!”
”Dasar bodoh!”
“Aha! Aku jadi punya ide!”, seru Shila. “gimana kalo kita tukeran aja? Kamu jadi suka sama Offy, trus aku jadi suka Fygo! Lagian aku juga agak nggak nyambung sama Offy, malah lebih nyambung sama Fygo.”
Mereka bertatapan lagi. Sally memandang Shila bingung.
“Nggak koq! Bercanda…”, seru Shila kemudian.
“Hahahahahahahahahahahahahahahahahahaha……………”
“iya juga sich… aku juga agak nggak nyambung sama Fygo, lebih nyambung sama Offy…!”, ujar Sally di tengah-tengah tawanya.
“Hah? Apa?”, Shila memandang Sally kaget.
“Nggak koq, bercanda juga!!!”
“Bwakakakakakakakakakakakakakakakakakakak………………”
Mereka tertawa lagi dan lagi. Menertawakan kekonyolan dan kebodohan mereka. Betapa konyolnya hidup di kota konyol. Segala sesuatu hanyalah sebuah kekonyolan dan kebodohan.

No comments:

Post a Comment