Seandainya kita dapat bertukar kehidupan, batinku.
"Kamu mau?" tanyanya.
Bagaimana kamu bisa mendengar suara hatiku?, batinku, sangat terkejut.
"Tentu saja aku bisa, kita ini kan satu." ujarnya.
Ah, iya, benar juga! batinku lagi. Kalau kita bertukar kehidupan, apa kamu nggak akan menyesal?
Bibirnya mengembang. "Tentu aja enggak! Aku malah pengen hidup di duniamu. Duniaku terlalu sempit. Aku bosan selalu menjadi bayang-bayang orang lain. Aku ingin punya kehidupanku sendiri."
Tapi, hidup di duniaku tidak semudah dan seenak yang kamu pikir. Banyak orang-orang jahat, orang-orang bermuka dua, orang-orang munafik yang bersembunyi di balik bayang-bayang kepalsuan.
"Setidaknya mereka tidak terperangkap dalam dunia sempit seperti ini." Dia melihat ke atas ke bawah ke kanan dan ke kiri.
Aku menghela napas. Baiklah. Baiklah kalau itu yang kamu inginkan, ayo kita bertukar kehidupan. Aku juga sudah lelah hidup di sini.
"Beneran? Kamu serius? Kamu nggak menyesal?" tanyanya dengan penuh semangat.
Ya, hanya untuk sementara saja. Aku ingin beristirahat sebentar dari kehidupanku yang seperti ini, jawabku.
Senyumnya merekah. Kami menyatukan tangan kami, begitu juga dengan kepala, tubuh, dan kaki kami. Kami memejamkan mata. Tidak tahu apa yang terjadi, hanya saja saat itu seakan duniaku jadi berputar dan terbalik. Saat aku membuka mata semua masih terlihat sama. Dia di sana dan aku di sini. Tidak ada yang berubah, setidaknya itu yang terlintas di pikiranku.
"Kita udah bertukar kehidupan!" Dia berteriak senang.
Benarkah? tanyaku tidak yakin.
"Mulai sekarang aku akan jadi kamu. Dan... jangan harap aku mau kembali ke tempat itu. Nikmatilah sisa hidupmu di sana!"
Dia menatap mataku tajam dan nada bicaranya berubah kejam. Sesaat kemudian dia beranjak meninggalkanku.
Tunggu! Tunggu! Jangan pergi! Aku berlari mengejarnya tapi tubuhku menabrak sesuatu yang tak terlihat.
Tidak! Tidak mungkin! Kami benar-benar bertukar kehidupan! Tidak mungkin! Tidak!!!
Tidak! Tidak mungkin! Kami benar-benar bertukar kehidupan! Tidak mungkin! Tidak!!!
Kembalikan kehidupanku!
Aku telah terperangkap dalam cermin ini. Kini aku menjadi bayang-bayangnya.
Menjadi bayang-bayang dari bayang-bayangku sendiri.
-ultrautogia-
No comments:
Post a Comment