Aku menangkapnya dengan mataku. Dalam diam, mataku terus
berbicara dengannya. Memancarkan sejuta kekagumanku padanya.
Dia menangkapku dengan matanya. Satu kali, dua kali, tiga
kali. Satu detik, dua detik, tiga detik. Setiap kali. Setiap detik.
Setiap kata yang aku ucapkan melalui mataku, entah dia dapat
mendengarnya atau tidak, aku ingin dia menangkap mata ini, aku ingin terus
menangkap matanya. Aku ingin berbicara dengannya melalui mataku.
Aku tidak mengerti setiap kata yang dia ucapkan melalui
matanya. Namun, aku ingin dia melihat mataku dan membaca setiap kata yang tertulis
di dalam mataku.
Bibir kami diam. Tapi, mata kami saling berbicara. Tatapan
mata yang sekilas ada, sekilas hilang, sekilas datang, dan sekilas pergi
seperti sebuah bahasa sederhana yang tercipta dalam sebuah keheningan.
“Hei,” Aku mencoba menyapanya dengan mataku.
“Hei,” Sayup-sayup terdengar suara balasan.
Dalam sebuah tatapan sekilas dan kedipan perlahan… dia
membalas sapaanku.
Di sudut bibirnya terkembang sebuah senyum tipis. Aku
membalas dengan tatapan dalam dan lama padanya.
Sejak saat itu, aku terperangkap dalam matanya dan dia
terperangkap dalam mataku.
Mata kami tidak hanya bisa melihat, tapi juga bisa berbicara,
membaca, mendengar, memikirkan, dan merasakan semua hal yang kami alami satu
sama lain.
Kami menjadi satu dalam dua buah pasang mata.
-ultrautogia-
huaaaaa......
ReplyDeleteini terinsiprasi dri aku yaaaa....
hahahaaa....
matanyaaaa..... >.<
kamu dan dia hahahahahaha :D
ReplyDelete